Kisah Sukses

Atlet Disabilitas Eifie Lolos UGM dan Bisa Kuliah Gratis

Pendidikan Rabu, 06 Agustus 2025 - 09:12 WIB  |    Reporter : Maisha NZ   Redaktur : Fithriady Syam  
Atlet Disabilitas Eifie Lolos UGM dan Bisa Kuliah Gratis

Eifie Julian Hikmah atlet cabang olahraga atletik nasinal (Dok Kompas.com)

NASIONAL (RD) – Kisah atlet disabilitas ini memang menarik. Prestasi Eifie Julian Hikmah di cabang olahraga atletik terbilang moncer. Salah satunya, ia pernah menjadi juara 2 untuk nomor lari 200 meter di Kejuaraan Walikota Cup Surabaya Se-Jawa Timur.

Kini ia terdaftar sebagai mahasiswi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) dengan skema UKT Rp 0 atau gratis tanpa biaya pendidikan. Eifie lahir pada 23 Juli 2006. Perasaan Eny Nawangsih, ibunya, campur aduk saat pertama kali Eifie dibaringkan di sampingnya setelah lahir.

Sarung tangan bayi sebelah kanan yang disiapkan hanya dikenakan yang sisi kiri ke tangan Eifie. Sementara sisi kenan hanya diletakkan di sisi tempat tidur.

Eny diberi tahu bidan bahwa ada kekurangan pada Eifie. Kala itu ayah Eifie juga hanya bekerja sebagai tukang kayu sehingga membuat Eny kepikiran apakah mampu membesarkan Eifie.

Untungnya dukungan keluarga mengalir deras dan Eifie tumbuh menjadi anak yang cerdas dan ceria. Ketika hendak masuk SD, Eny dihadapkan pada dua pilihan yaitu menyekolahkan Eifie di SLB (Sekolah Luar Biasa) atau di SD negeri dekat rumahnya. Guru di SD negeri tersebut kemudian berkata bahwa kondisi Eifie bukanlah suatu masalah.

Keterbatan membuktikan Eifie tetap bisa berprestasi secara akademik. Ia selalu meraih peringkat pertama dari kelas 1 hingga 6 SD. Ditawari latihan Perkenalan Eifie dengan dunia atletik berawal dari tawaran Pak Karmani, seorang penjual es krim keliling. Pak Karmani menawari Eifie sekaligus meminta izin kepada orangtuanya ketika Eifie kelas 3 SD.

“Ibu sempat khawatir dengan biaya, tapi ternyata tidak perlu beli seragam atau bayar iuran apa pun,” ungkap Eifie seperti dilansir kompas.com.

Mula-mula ia hanya latihan dengan memakai sepatu sekolah seadanya. Selang beberapa bulan berlatih, Eifie didaftarkan ke kompetisi pertamanya yakni Kejuaraan Walikota Cup Surabaya Se-Jawa Timur. Eifie mendapat uang bantuan Rp 200 ribu untuk membeli sepatu lari. Lantaran harga di toko lebih mahal, ayah dan ibunya mencari tambahan hingga akhirnya sepatu itu dapat dibeli. Tak sia-sia, sepatu itu ternyata menjadi modal Eifie meraih juara kedua untuk nomor lari 200 meter.

Sejak saat itu Eifie sering mengikuti lomba antarpelajar tingkat daerah hingga kejuaraan nasional. Tak hanya berlari di lintasan 100, 200, atau 400 meter, ia juga menjajal lompat jauh dan tolak peluru.

Di Pekan Paralimpik Pelajar Nasional 2023 di Palembang Eifie membawa pulang medali emas cabang lompat jauh. Sedangkan dari ajang Pekan Paralimpiade Nasional 2024 Eifie sempat gagal meraih hasil maksimal di dua nomor.

Pasalnya sebulan sebelum kompetisi ayahnya meninggal dunia sehingga menyisahkan kesedihan mendalam baginya. Beruntung ia bisa menyabet medali perunggu di nomor lari 400 meter.

Pilih UGM Eifie terakhir sekolah di SMAN 2 Kediri. Di situ ia sudah mulai tertarik dengan pelajaran akuntansi. Sementara ketertarikannya pada UGM bermula secara tak sengaja.

“Waktu itu lihat video PPSMB Palapa di media sosial. Aku langsung bilang mau kuliah di UGM, pakai almamater karung goni, dan nyanyi lagu PPSMB (Pionir saat ini),” kenangnya.

Perjalanan menuju kampus impian tak mulus begitu saja. Ia sempat gagal di jalur SNBT serta ditolak di UM UGM CBT. Ketika pengumuman PBU tiba, Eifie ternyata diterima. Ia pun langsung memeluk ibunya.

“Harapannya, nanti bisa jadi akuntan atau auditor di perusahaan yang menjanjikan atau melanjutkan karier sebagai paraatlet,” mimpi Eifie.

Selain fokus kuliah, Eifie ingin saat kuliah bisa aktif berorganisasi, ikut berbagai lomba, hingga menjajal program magang. Eifie juga bertekad untuk tetap berlatih atletik tiga kali seminggu dengan meminta program latihan mandiri kepada pelatih.

Ia sadar harus lebih pandai membagi waktu agar mimpi untuk bertanding di ajang internasional tidak berhenti sebagai angan-angan. “Aku mau mecahin rekor pribadi dan ngalahin lawan-lawan yang selama ini susah dikalahkan,” tuturnya bersemangat. (Maisha/SP)
 

Laporan : Maisha NZ
Redaktur : Fithriady Syam





Berita Lainnya